Suatu hari, seorang anak kecil yang sehari-hari bekerja sebagai loper koran nampak terengah-engah menuju sebuah rumah yang terletak di ujung gang. Ia nampak begitu kelelahan karena hari itu ia mengantarkan koran ke setiap pelanggan dengan cara yang berbeda dengan yang biasa ia lakukan pada hari-hari sebelumnya. Jika selama ini ia mengantarkan koran dengan mengendarai sepeda mini dan melemparkan koran ke teras rumah pelanggan dari balik pagar rumah, hari itu ia berkeinginan untuk menghampiri dan bertemu langsung dengan semua pelanggannya satu-persatu.
Maka pada hari itu iapun bangun lebih pagi dan memutuskan untuk mengantarkan koran dengan jalan kaki hanya sekedar ingin bertemu atau bertegur sapa dengan pelanggannya. Sepanjang pagi ia hampiri satu persatu pelanggannya dan tak lupa ia ucapkan salam dan terima kasih kepada setiap pelanggannya. hingga akhirnya ia pun sampai di sebuah rumah yang terletak di ujung gang. nampaknya sang tuan rumah pun sudah lama menanti kedatangan anak ini di teras rumah dengan sedikit keheranan karena tidak biasanya koran pagi telat antar.
Dari jauh nampak langkah si anak sudah mulai kurang semangat karena kelelahan, mulanya sang pelanggan yang kebetulan seorang ibu muda itu mau marah kepada anak ini karena terlambat mengantar korannya, namun setelah bertanya si ibu pun tertegun dengan jawaban si anak miskin ini. dengan suara terengah-engah si anak menjelaskan "ibu sebelumnyaa saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena terlambat mengantar koran dan membuat ibu menunggu, hari ini saya sengaja tidak membawa sepeda karena saya ingin bertemu dengan semua pelanggan saya untuk mengucapkan terima kasih dan mendoakan mereka karena mereka telah banyak menolong saya dengan membeli koran yang saya jual, karena itu sekali lagi saya mohon maaf atas keterlambatan saya". sang ibu pun terdiam sejenak sambil memandang penuh kekaguman pada keluhuran akhlak anak miskin ini. "ibu, saat ini saya haus sekali bolehkah saya meminta segelas air minum?" anak peloper koran itu membuyarkan lamunan si ibu. "baiklah nak, tunggu sebentar ya". si ibu kemudian masuk ke rumah dan lama sekali tidak juga keluaar membawakan air.
Setelah menunggu agak sedikit lama ternyata si ibu tadi keluar bukan membawa air melainkan membawa segelas susu manis. "ini nak, minumlah susu buatan ibu. jika hari ini kamu kelelahan demi menyampaikan salam dan doa kepada orang lain, maka hari ini ibu pun ingin berbagi kebaikan walau hanya dengan segelas susu". Si ibu memberikan segelas susu kepada anak peloper koran dengan penuh kasih sayang.
Seiring perjalanan waktu, si anak miskin ini sudah tidak pernah nampak lagi mungkin ia kini sudah tumbuh menjadi pria dewasa, sementara si ibu muda yang dulu nampak cantik kini telah berubah menjadi rentah dan sering sakit-sakitan. hingga suatu hari si ibu ini mengalami sakit parah dan harus menjalani operasi di sebuah rumah sakit terkenal. sepanjang hari si ibu ini menangis karena tidak tahu dengan apa ia harus membayar biaya operasinya, namun karena jalan pengobatan satu-satunya harus melalui operasi maka si ibu inipun hanya bisa pasrah dan terus berdoa.
Setelah seluruh rangkaian operasi telah selesai dilakukan dan kondisi si ibu ini mulai membaik hatinya pun merasa senang. namun tiba-tiba saja senyum di bibirnya berupa menjadi kecut dan air mata pun menetes tatkala seorang petugas administrasi nan cantik datang kepadanya seraya menyodorkan sebuah amplop yang jelas berisi tagihan biaya pengobatan+perawatan.
Mulanya si ibu ini tidak berani membuka isi amplop karena sudah terbayang betapa mahalnya biaya operasi yang telah ia jalani, namun akhirnya iapun membuka isi amplop itu dengan kedua tangannya yang bergetar. Begitu isi amplop dibaca air matanya pun semakin deras mengalir karena nilai nominal yang terjantum mencapai puluhan juta rupiah. Tiba-tiba saja mata si ibu terfokus pada sebuah tulisan tangan yang tercantum di bagian bawah surat : "Ibu, semua biaya pengobatan dan perawatan sudah lunas terbayar oleh SEGELAS SUSU" demikian bunyi tulisan tangan tersebut. Ternyata kepala rumah sakit tempat si ibu menjalani operasi ini adalah si anak miskin penjual koran dulu.
Maka pada hari itu iapun bangun lebih pagi dan memutuskan untuk mengantarkan koran dengan jalan kaki hanya sekedar ingin bertemu atau bertegur sapa dengan pelanggannya. Sepanjang pagi ia hampiri satu persatu pelanggannya dan tak lupa ia ucapkan salam dan terima kasih kepada setiap pelanggannya. hingga akhirnya ia pun sampai di sebuah rumah yang terletak di ujung gang. nampaknya sang tuan rumah pun sudah lama menanti kedatangan anak ini di teras rumah dengan sedikit keheranan karena tidak biasanya koran pagi telat antar.
Dari jauh nampak langkah si anak sudah mulai kurang semangat karena kelelahan, mulanya sang pelanggan yang kebetulan seorang ibu muda itu mau marah kepada anak ini karena terlambat mengantar korannya, namun setelah bertanya si ibu pun tertegun dengan jawaban si anak miskin ini. dengan suara terengah-engah si anak menjelaskan "ibu sebelumnyaa saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena terlambat mengantar koran dan membuat ibu menunggu, hari ini saya sengaja tidak membawa sepeda karena saya ingin bertemu dengan semua pelanggan saya untuk mengucapkan terima kasih dan mendoakan mereka karena mereka telah banyak menolong saya dengan membeli koran yang saya jual, karena itu sekali lagi saya mohon maaf atas keterlambatan saya". sang ibu pun terdiam sejenak sambil memandang penuh kekaguman pada keluhuran akhlak anak miskin ini. "ibu, saat ini saya haus sekali bolehkah saya meminta segelas air minum?" anak peloper koran itu membuyarkan lamunan si ibu. "baiklah nak, tunggu sebentar ya". si ibu kemudian masuk ke rumah dan lama sekali tidak juga keluaar membawakan air.
Setelah menunggu agak sedikit lama ternyata si ibu tadi keluar bukan membawa air melainkan membawa segelas susu manis. "ini nak, minumlah susu buatan ibu. jika hari ini kamu kelelahan demi menyampaikan salam dan doa kepada orang lain, maka hari ini ibu pun ingin berbagi kebaikan walau hanya dengan segelas susu". Si ibu memberikan segelas susu kepada anak peloper koran dengan penuh kasih sayang.
Seiring perjalanan waktu, si anak miskin ini sudah tidak pernah nampak lagi mungkin ia kini sudah tumbuh menjadi pria dewasa, sementara si ibu muda yang dulu nampak cantik kini telah berubah menjadi rentah dan sering sakit-sakitan. hingga suatu hari si ibu ini mengalami sakit parah dan harus menjalani operasi di sebuah rumah sakit terkenal. sepanjang hari si ibu ini menangis karena tidak tahu dengan apa ia harus membayar biaya operasinya, namun karena jalan pengobatan satu-satunya harus melalui operasi maka si ibu inipun hanya bisa pasrah dan terus berdoa.
Setelah seluruh rangkaian operasi telah selesai dilakukan dan kondisi si ibu ini mulai membaik hatinya pun merasa senang. namun tiba-tiba saja senyum di bibirnya berupa menjadi kecut dan air mata pun menetes tatkala seorang petugas administrasi nan cantik datang kepadanya seraya menyodorkan sebuah amplop yang jelas berisi tagihan biaya pengobatan+perawatan.
Mulanya si ibu ini tidak berani membuka isi amplop karena sudah terbayang betapa mahalnya biaya operasi yang telah ia jalani, namun akhirnya iapun membuka isi amplop itu dengan kedua tangannya yang bergetar. Begitu isi amplop dibaca air matanya pun semakin deras mengalir karena nilai nominal yang terjantum mencapai puluhan juta rupiah. Tiba-tiba saja mata si ibu terfokus pada sebuah tulisan tangan yang tercantum di bagian bawah surat : "Ibu, semua biaya pengobatan dan perawatan sudah lunas terbayar oleh SEGELAS SUSU" demikian bunyi tulisan tangan tersebut. Ternyata kepala rumah sakit tempat si ibu menjalani operasi ini adalah si anak miskin penjual koran dulu.
0 komentar:
Posting Komentar
Sobat blggor, jangan lupa komentarnya ya...!!!
mo nulis saran, tanggapan, masukan, atau sekedar kenalan pun boleh koq
kalo kesulitan posting komen, coba klik dulu "select profil" => Name/URL. cukup tulis nama anda jika belum punya URL. makasih ya...!!!