Dulu… ketika aku masih SMA, sahabat-sahabatku sering
memanggilku dengan julukan dewa cinta, dukun cinta, dokter cinta, ustadz cinta
dsb. Maklum, waktu itu aku memang sering menjadi tumpahan curhat
sahabat-sahabatku ketika mereka sedang “merasa bermasalah” dengan cinta.
Padahal saat itu aku sendiri belum pernah merasakan apa yang sedang mereka
rasakan, karena memang sejak dulu aku sudah punya persepsi tersendiri tentang
“cinta ala remaja” yang sering diluapkan dengan bentuk khalwat/pacaran. Bagiku
pacaran tak lebih dari sebuah kebohongan. Semakin lama pacaran maka semakin
besar pula kebohongan-kebohongan yang dinampakkan oleh masing-masing. Ini pula
yang sering kusampaikan ke sahabat-sahabatku ketika mereka curhat. Memang
nasehatku ini tidak serta merta membuat sahabatku langsung berlepas diri dari
jeratan “cinta monyet” yang cukup merepotkan ini, namun setidaknya aku telah
memberikan nasehat yang benar dan menawarkan solusi-solusi yang Islami. Tapi
tidak jarang juga solusi yang kutawarkan membuat sahabat-sahabatku sadar dan
merasa lebih tenteram ketika tidak lagi berurusan dengan cinta monyet dan kembali
ke jalan syar’i.
Seringkali aku tersenyum
sendiri manakala ingat pengalaman sahabat-sahabatku semasa SMA dulu. Namun satu
hal yang perlu diingat, kalo kemudian sahabat-sahabatku merasa tenang dan
tenteram setelah curhat, itu bukan karena pandainya aku merangkai kata yang menggugah
jiwannya, namun karena begitu indah dan mulianya ajaran Islam dalam menjaga
martabat manusia sebagai makhluk beradab dan berbudaya. Ya..jika kita memahami
betul aturan Islam dan mengikutinya dengan penuh keyakinan maka segalanya akan
terasa begitu indah walau nampak pahit pada awalnya.
Ternyata, pengalamanku menjadi tempat curhat ini tidak
berhenti di masa SMA saja. Hingga saat ini pun aku masih sering menjadi jujukan
teman-teman untuk mengungkapkan gunda gulananya terkait cinta, bahkan sebagian teman
yang sudah berkeluarga pun tak jarang ikutan curhat masalah rumah tangganya. Padahal
yang dicurhati tak lebih hanya seorang “jomblo tulen” menurut istilah anak muda
sekarang.
Hingga suatu saat…
Apa yang menimpa sahabat-sahabatku itu benar-benar menimpa pada
diriku. Yakni, kita sesosok wanita shalihah -tentunya menurut pandanganku yang
entah ini objektif atau subjektif- mulai merasuki alam pikiranku dan
mengacak-acak logika berfikirku. Aku telah berusaha untuk mengabaikannya namun
ternyata tidak semudah apa yang selama ini kubayangkan. Aku pun jadi teringat
sahabat-sahabat SMA ku dulu dan mulai menyadarai betapa sulitnya menghindar
dari masalah ini. Namun demikian aku tidak boleh kalah dengan perasaanku karena
sesungguhnya akulah yang harus menguasai perasaanku dan bukan perasaanku yang
menguasai diriku. Berbagai
masalah dan persepsi yang berkeliaran dalam pikiranku kumuntahkan pada Hati
Nuraniku demi mengharapkan sebuah solusi. Bagaimana memulai ta’arufan,
pantaskah aku bersanding dengannya, bagaimana bila nanti ditolak, bagaimana
caranya mengkhitbah, bagaimana membangun komitmen, bagaimana menyampaikan ke
orang tua tentang rencanaku untuk nikah, dan bagaimana-bagaimana yang lainnya.
Yah.. benar, sebuah RASA sedang menyapa saya. Alhamdulillah… Saya bersyukur
atas karunia Allah yang satu ini. Singkat kata, singkat cerita. Hati Nurani
dengan bijaksana memperlakukanku sebagaimana aku memperlakukan siapa-siapa yang
mempunyai masalah yang serupa dan curhat kepadaku. Ibaratnya, saya kena batunya
atau dengan kata lain ‘senjata makan tuan’.
“Wanita yang akan kamu pilih itu milik siapa? Milik Allah, ‘kan!”.
Hati nurani bertanya dan aku hanya mengangguk.
“Makanya, minta saja
pada Allah. Tanyalah pada Allah, apakah dia yang terbaik buat kamu? Mengadulah
pada Allah, apakah dia pasangan di dunia dan di akhiratmu? Memohonlah pada
Allah, apakah dia akan mendukung dakwahmu memperjuangkan agama dan menegakkan
syari’ah-Nya? Lalu, serahkanlah semuanya pada Allah, karena Allah Maha Lebih
Tahu apa yang terbaik buatmu daripada dirimu sendiri.” Lagi-lagi aku hanya
bisa mengangguk dan diam sejuta bahasa mendengar petuah Hati Nurani. Lalu Hati
Nurani menuntunku berdoa…
Yaa Allah, Yaa Ilahi…
Engkaulah Pemilik wanita yang akan daku pilih,
Engkaulah Penggenggam hatinya,
Engkaulah yang mampu membuka pintu hatinya.
Yaa Allah, daku hendak menjadikan dia teman dakwahku.
Seperti halnya Khadijah terhadap rasul-Mu.
Daku ingin menikahinya, tapi daku tak tahu siapa dia.
Yaa Allah, Yaa Rabbi…
Seandainya permohonanku ini terbaik buatku di sisi-Mu,
Tunjukkanlah caranya, cara bagaimana daku boleh mengenali
dirinya.
Engkau sediakanlah jalan-jalan ke arah untuk mengenali
dirinya.
Tetapi, jikalau permohonan ini bukan yang terbaik buatku di
sisi-Mu,
Maka hilangkanlah rasa ingin hidup bersama dengannya.
Kau lenyapkanlah bayangan dirinya dalam pikiranku.
Dan gantikanlah dengan wanita yang lain, yang terbaik buatku
di mata-Mu.
Amiin… Yaa rabbal ‘alamiin…
Hati Nurani berkata lagi, “Jikalau Allah mengabulkan doamu, pasti Allah akan tunjukkan jalan-jalan untuk mengenali wanita tersebut. Ada saja jalan yang Allah wujudkan agar kamu berdua dapat berkenalan. Dan jikalau memang jodoh, pasti urusannya diberi kemudahan dan kelancaran bahkan kebrkahan dan keridhaan, meski harus menghadapi tantangan karena hal itu adalah sebuah proses pendewasaan. Yang jelas hati harus yakin bahwa Allah akan menolong jikalau kita memohon kepada-Nya.
Dan jikalau yang didapat tidak sesuai dengan yang kita
harapkan, jangan putus asa. Bukankah semua itu hasil dari doa kita yang
mengatakan bahwa kalau dia yang terbaik, kabulkan doa kita, kalau bukan yang terbaik,
jangan dikabulkan. Semua pilihan serahkan sepenuhnya kepada Allah. Biarlah Dia
sendiri yang memberikan petunjuk agung-Nya terhadap pilihan yang terbaik karena
kita tidak tahu yang mana yang paling terbaik di sisi Allah buat kita.
Dan… Apapun yang terjadi setelah kita memilih melalui
istikharah kita, percayalah itulah yang terbaik di sisi Allah buat kita karena
kita telah berdoa dan bermunajat memohon petunjuk dari-Nya. Inilah maksud dari
firman Allah bahwa setiap permohonan pasti dikabulkan oleh Allah. Maka meskipun
sesuatu itu buruk dari pandangan kita, insyaAllah pasti banyak kebaikan di
ujungnya. Inilah hebatnya Islam yang mengatur hidup dan kehidupan kita dengan
begitu sempurnanya, lalu nikmat Tuhan manakah yang masih berani kita dustakan?
Give thank’s to Allah, Allahu Akbar…
0 komentar:
Posting Komentar
Sobat blggor, jangan lupa komentarnya ya...!!!
mo nulis saran, tanggapan, masukan, atau sekedar kenalan pun boleh koq
kalo kesulitan posting komen, coba klik dulu "select profil" => Name/URL. cukup tulis nama anda jika belum punya URL. makasih ya...!!!